Jumat, 23 Mei 2008

SUARA HATI ANAK NTT

(SEBUAH REFLEKSI UNTUK NTT YANG BARU)

Tidak terasa tahap proses pilkada NTT akan memasuki tahap kampanye para paket cagub dan cawagub yang direncanakan mulai tanggal 26 Mei 2008. Sebagaimana kita ketahui bahwa 3 paket cagub dan cawagub yang telah lolos verifikasi KPUD NTT yakni Drs. Frans Lebu Raya – Ir. Esthon Foenay, MSi (FREN) yang di usung PDIP, Drs. Ibrahim Medah – Paulus Moa (TULUS) yang diusung Partai Golkar serta Drs.Gaspar P Ehok,MA – Julius Bobo, SE,MM (GAUL) yang diusung oleh sejumlah partai gabungan yang bernaung dalam koalisi Abdi Flobamora.
Pilkada kali ini merupakan salah satu tonggak demokrasi bagi masyarakat NTT karena baru pertama kalinya sebuah proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT dilakukan secara langsung. Pemilihan langsung ini dapat menjadi media untuk mengukur sejauh mana masyarakat NTT dengan jumlah pemilih yaitu 2.689.550 jiwa (berdasarkan data KPUD NTT Februari 2008) mampu melewati sebuah starting point pendewasaan dalam sebuah tatanan demokrasi modern. Terlepas dari adanya berbagai kemelut politik yang terjadi pasca penetapan calon yang lolos verifikasi akibat adanya protes – protes dari pihak paket yang tidak lolos verifikasi serta manuver – manuver politik yang dilakukan oleh segelintir oknum- oknum yang menamakan dirinya pakar hukum dan politik karena merasa tidak puas dengan kinerja KPUD NTT, kita harus berlapang dada dan mengakui bahwa 3 pasang paket yang ditetapkan adalah paket – paket yang paling mencerminkan representative masyarakat NTT baik itu dalam segi cultural dan budaya, agama serta fanatisme massa pendukung. Hal ini dapat dijelaskan dengan dukungan yang masuk dari arus bawah masyarakat NTT, survey lembaga independen serta melalui poling – poling independen yang menempatkan paket - paket ini dalam 3 besar teratas pengumpul dukungan terbanyak dibandingkan dengan paket – paket lain yang tidak lolos verifikasi KPUD NTT. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa 3 paket ini adalah Paket Cagub dan Cawagub yang paling diinginkan oleh masyarakat NTT.
Yang perlu dicermati oleh masyarakat NTT, manuver – manuver politik yang terjadi sekarang dan diduga “otaki” oleh segelintir oknum yang menamakan dirinya sebagai intelektual dan elit politik NTT untuk menunda bahkan menggagalkan proses pilkada yang sedang berlangsung ini dengan melakukan cara – cara yang tidak elegan dalam berpolitik, dapat disimpulkan sebagai sebuah pengkhiatan terhadap demokrasi itu sendiri dengan 2 alasan penting yakni:
1. Bagaimana mungkin kita dapat meminggirkan kenyataan yang terjadi di lapisan bawah masyarakat NTT (kaum marjinal) bahwa mereka menginginkan proses pilkada ini terus berjalan agar secepatnya mendapatkan pemimpin baru yang dapat membawa mereka menuju NTT yang baru dan sejahterah dan menganggap 3 paket ini adalah paket – paket yang paling mereka inginkan.

2. Bagaimana mungkin kita meminggirkan kenyataan bahwa KPUD NTT adalah sebuah lembaga independen yang telah diberi mandat oleh pemerintah untuk melaksanakan proses demokrasi yang bebas tekanan politik baik itu dari pihak eksekutif dan legislatif.

Yang paling menyedihkan apabila manuver – manuver politik ini adalah bagian dari ambisi politik pihak – pihak yang ingin memancing diair keruh dalam artian memanfaatkan kemelut politik untuk kepentingan politik mereka seperti menghindari jeratan hukum, mengincar posisi – posisi strategis atau bahkan mengincar proyek – proyek strategis dalam rangka mencari kepuasan sendiri yang berakibat pada kesengsaraan rakyat NTT sendiri.
Pada akhirnya diharapkan kearifan dan kedewasaan masyarakat NTT serta elemen – elemen yang terlibat dalam proses pilkada agar dapat melihat dengan hati nurani yang jernih bahwa proses pilkada yang sedang berlangsung harus terus kita jaga untuk terus berjalan demi menuju masyarakat NTT yang maju, sejahtera serta bermartabat.

Tidak ada komentar:

Kompas.Com - Nasional